TEORI ORGANISASI
UMUM 1
Nama:1. Adistia Bianca
Rizki
2. DwitaAngraini
3. Justin Nathanael Jacobs
4. Pieter GustiPratama
5. SetiawatiWinaPratiwi
6. SyarifNurIkhsanuddin
7. Tiara AnjasHartiningsih M
8. Wily Orlando
Kelas:
2KA23 (Kelompok 2)
Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu
atau tidak mengerjakan sesuatu. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang
terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk
orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses
kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara
pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan
demikian, baik pemimpin atau pun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal
responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Tipe-tipe Kepemimpinan
Ada
enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2)
Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3)
Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4)
Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5)
Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6)
Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
Teori Kepemimpinan
1.
Teori orang-orang terkemuka
Bernard,
Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
sifat-sifat
dasar kepribadian dan karakter.
2.
Teori lingkungan
Mumtord,
menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan
dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan
adaptasi.
Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam darir
individu
melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
3.
Teori personal situasional
Case
(1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor,
yaitu
sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa
yang
diharapkan kepada kelompok.
4.
Teori interaksi harapan
Homan
(1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka
aktivitasnya
semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak
berinteraksi.
5.
Teori humanistik
Likert
(1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan
dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan,
nilai-nilai
dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang
berlangsung.
6.
Teori pertukaran
Blau
(1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang
cukup
tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan
kehilangan
kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala
kewajibannya.
Fungsi kepemimpinan
Fungsi
pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1.
Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
2.
Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
Fungsi
pokok pimpinan adalah:
•
Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh
anggotanya.
•
Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin
•
Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar
Fungsi
kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu
menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan
menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan.
Fungsi-fungsi
kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut:
a.
Pengambilan keputusan
b.
Pengembangan imajinasi
c.
Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d.
Pengembangan kesetiaan para bawahan
e.
Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana
f.
Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g.
Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
h.
Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i.
Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j.
Pertanggungjawaban semua tindakan
Tanggung Jawab Kepemimpinan
Kepemimpinan
yang juga merupakan seni dalam mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan, memerlukan tanggung jawab orang yang berfungsi sebagai
pemimpin. Menurut Drs. Hidjirachman Ranupandojo et.AL., dengan mengutip
pendapat Robert C. Miljus dalam buku “Effective Leadership and the motivation
of Human Resources” (1992:152) mengatakan bahwa tanggung jawab para pemimpin
adalah sebagai berikut :
- Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realitas (dalam artian kuantitas, kualitas, keamanan dan sebagainya)
- Melengkapai para karyawan dengan sumber-sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
- Mengkomunikasikan pada karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.
- Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.
- Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkunkan.
- Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.
- Menilai pelaksanaan pekerjaan yang menkomunikasikan hasilnya.
- Menunjukan perhatian pada karyawan.
Macam-macam Gaya Kepemimpinan
Tiga
gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez
faire.
1.Gaya Kepemimpinan
Otokratis
Gaya
kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber
kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai orang
yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi
saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat.
Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal
keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh
pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.
2.Gaya Kepemimpinan
Demokratis
Gaya
kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada semua pihak,
sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi kesempatan untuk
memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya
kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan
organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan,
mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.
3.
Gaya Kepemimpinan Laissez faire
Pada
prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para
bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan
sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak
memberikan contoh-contoh kepemimpinan. (Ngalim Purwanto, 1992:48-50)
Dari beberapa gaya kepemimpinan
tersebut akan mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-beda, tergantung pada
faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh faktor, baik yang berasal dari
dalam diri pribadinya maupun faktor yang berasal dari luar individu
pemimpin tersebut.